My Memory











Pengetahuan kita tentang model manusia yang berkembang seutuhnya sampai saat ini masih didominasi oleh wawasan teoritis yang lahir dari ilmu pengetahuan barat. Kita mungkin sudah akrab dengan istilah-istilah seperti “manusia yang tidak diperbudak oleh dorongan instingtifnya” dari Sigmund Freud, “manusia yang mengaktualisasi dirinya” dari Abraham Maslow, ”dan manusia yang terindividuasi” dari Carl Jung. Pengaruh wawasan teoritis barat itu didukung oleh perangkat metodologi ilmu pengetahuan modern.
Selain itu para tokoh juga berpendapat mengenai manusia, seperti :

• Shidartha Gautama, pendiri agama budha. Ia berpendapat bahwa setiap manusia adalah pencipta atas kesehatan atau penyakit yang dideritanya sendiri.

• Stephen Covey, guru manajemen terkemuka. Ia berpendapat bahwa kita bukan manusia yang berada dlam perjalanan spiriyual, kita makhlik spiritual yang berada dalam perjalanan manusia.

• Albert Einstein, pemenang nobel fisika. Ia bependapat bahwa kita tidak dapat berputus asa akan kemanusiaan, karma kita sendiri adalah manusia.

• Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet. Ia berpendapat bahwa kita bisa hidup tanpa agama dan meditasi, tapi kita takan bertahan hidup tanpa kasih sayang manusia.
Dari sekian nama yang memberi pendapat tentang manusia, tredapat seorang ahli dari indonesia yang bernama Ki Ageng Suryomentaram salah satu jenius local dari jawa yang terkenal dengan ajaran-ajarannya tentang “ilmu kawaruh jiwa”. Ki Ageng Suryomentaram tumbuh dalam ruang waktu kebudayaan jawa (pedalaman) yang menjunjung tinggi asketisme hidup lewat laku mawas diri. Pemikirannya lahir dari laku spiritual dengan disiplin tinggi sehingga tidak berlebihan ketika hasilnya dianggap sebagai saripati realitas itu sendiri.
Penulusuran Ki Ageng untuk memperoleh model manusia yang mampu bertumbuh bertumpu pada prinsip transformasi. Artinya, untuk sampai pada kondosi kesehatan mental hakiki, seseorang harus mampu melakukan transformasi diri, dari manusia dengan kualitas “juru catat” kemudian menjadi “kramadangsa”, hingga mencapai model “manusia tanpa cirri”.


Rasa Kramadangsa

Setiap manusia pada awalnya bertindak sebagai juru catat yang mencatat segala hal yang dialami. Catatan-catatan itu berfunsi sebagai bank data yang akan muncul kembali ketika seseorang merespons situasi tertentu. Catatan yang sering diingat akan tumbuh subur, sedangkan catatan yang tidak sering diingat akan mati.

Ki Ageng mengidentifikasi ada sebelas catatan yang mengisi ruang rasa manusia, diantaranya : harta benda, kehormatan, kekuasaan, keluarga, golongan, kebangsaan, jenis, kepandaian, kebatinaan, ilmu pengetahuan, dan rasa hidup. Catatan-catatan itulah yang kemudian menghantarkan manusia mengalami rasa keramadangsa, yaitu tahap kesadaran yang menyatukan diri dengan catatan-catatan tersebut. Rasa keramadangsa berkembang setelah manusia dewasa, ketika dia sudah mampu memikirkan catatan-catatannya.

Manusia Tanpa Ciri

Seseorang yang mampu meloloskan diri dari jebakan rasa keramadangsa akan tumbuh menjadi “manusia tanpa ciri”. Ki Ageng menggambarkan manusia tanpa ciri sebagai sosok yang mampu menetapkan setiap persoalan dalam tempatnya melalui laku mawas diri. Mawas diri adalah sikap tidak merasa benar sendiri. Menjadi manusia tanpa ciri itu juga berarti mengembangkan catatan-catatan yang berdasarkan laku rasa, bukan berdasarkan laku pikir semata
Berbicara tentang manusia, berarti berbicara pula tentang media tempat manusia hidup. Media tempat manusia hidup adalah dunia. Untuk bisa memahami hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan manusia di dunia. Konsep yang dapat digunakan untuk memahami hal itu adalah konsep kosmologi, yaitu bagaimana manusia harus mengembangkan sikap hidupnya sehubungan dengan kedudukannya sebagai mikrokosmos.

Konsep yang lainnya adalah konsep ‘mendiami dunia’ sebagaimana yang dikemukakan oleh Huijbers. Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia.

Kesadaran manusia akan hakikatnya sebagai bagian dari kosmologi dan perannya sebagai mahluk yang ‘mendiami dunia’ maka lahirlah beberapa konsep yang dipakainya sebagai dasar manusia hidup. Konsep-konsep tersebut adalah hidup sekedarnya, takdir, dan cakra manggilingan. Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan. Sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik. Keserakahan dan konflik akan memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan. Sedangkan Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah “Akal dan Budi” atau lazimnya disebut pikiran dan perasaan.

Disatu sisi akal dan budi atau pikiran dan perasaan tersebut telah memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain. Disisi lain akal dan budi memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain. Cipta, karsa, dan rasa pada manusia yakni sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa hentinya berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi kebutuhan / hajat hidupnya. Baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup. Jadi pada hakikatnya, kebudayaan dan pandangan terhadap hidup ini tidak lain adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia.

Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.

2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.

3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.

4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.

5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.

Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.



A.  PENGERTIAN CINTA KASIH

Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W. J. S. Poerdarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih arau sanagt tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan belas kasihan. Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya.

Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata. Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusia yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.

Dalam bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta itu terutama memberi, bukan menerima. Dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggungjawab, perhatian, dan pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah cinta seorang ibu pada anaknya; bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mengasuh anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan tanggungjawab dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka rela yang dalam kasus hubungan ibu dan anak bayinya menunjukan penyelenggaraan atas hubungan fisik.

Unsur ketiga adalah perhatian yang berarti memperhatikan bahwa pribadi lain itu hendaknya berkembang dan membuka diri sebagaimana adanya. Yang ke empat adalah pengenalan yang merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsure tersebut, yaitu pengasuhan, tanggungjawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat dibina secara lebih baik.
Pengertian tentang cinta dikemukan juga oleh Dr Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Kalau janji dengan dia harus ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh untuk dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, Ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan:sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang, dan seterusnya.

Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan, bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatannya sama kuat, tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta yang seperti itu mengadung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar. Karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya yang kurang. Cinta seperti itu dinamakan cinta yang pincang, karena garis-garis unsur cintanya tidak membuat segitiga sama sisi.

Selain pengertian yang dikemukan oleh Sarlito, lain halnya pengertian cinta yang dikemukakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwah, dalam bukunya manajemen cinta. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta itu fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dengan kehidupannya. Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan cara terhormat dan mulia, suci dan penuh takwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.

Didalam kita suci Alqur’an, ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi di dalam jiwa manusia. Makna yang terkandung dalam surah At-Taubah ayat 24 adalah :

>> Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal.

Bagi setiap orang Islam yang bertakwa, sudah menjadi keharusan bahwa cinta kepada Allah, pada Rasulullah, dan berjihad di jalan Allah, adalah merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hakekat cinta menengah adalah suatu energi yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan. Karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka, semakiin akrab.

Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah, akan terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain : seorang anak terhadap orang tuanya, orang tua terhadap anak-anaknya, seorang suami terhadap istrinya atau sebaliknya istri terhadap suaminya, cinta seseorang terhadap sanak saudara dan familinya, cinta seseorang terhadap sahabatnya, atau seorang penduduk pada tanah airnya.

Adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh cinta menengah ini akan Nampak jelas hasilnya. Jika bukan disebabkan perasaan kasih sayang yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati, sepasang suami istri, tentu tidak akan terbentuk suatu keluarga, tak aka nada keturunan, tak akan terwujud asuhan, bimbingan, dan pendidikan terhadap anak. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang paling keji, hina dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan.

Bentuknya beraneka ragam misalnya:
1. Sinta kepada thagut (setan). Sesuatu yang disembah selain tuhan.
2. Cinta berdasarkan hawa nafsu.
3. Cinta yang lebih mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri, perniagaan dan tempat tinggal.

Hikmah cinta adalah sangat besar. Hanya orang yang telah diberi kefahaman dan kecerdasan oleh Allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah:
1) Sesungguhnya cinta itu adalah merupakan ujian yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia, karena setiap cinta akan mengalami berbagai macam rintangan. Apakah seseorang akan menempuh cintanya dengan cara yang terhormat dan mulia? Ataukah ia akan meraihnya dengan cara yang rendah dan hina? Apakah ia akan berjual mahal dengan cintanya, ataukah biasa-biasa saja? Apakah ia benar-benar tertarik dengan kekasihnya, ataukah sekedar main-main saja? Semuanya dapat diketahui setelah ia mendapatkan rintangan dalam perjalanannya.
2) Kalau bukan Karena fenomena cinta, tak akan pernah ada gerakan, kreasi dan apresiasi di dunia ini. Juga tak akan pernah ada pembangunan dan kemajuan.
3) Bahwa fenomena cinta merupakan modal utama didalam mengenal berbagai ilmu pengetahuanyang tersimpan didalam keindahan alam, kehidupan dan kemanusiaan.
4) Cinta merupakan benih dari kasih sayang dan segala bentuk persahabatan, dimanapun adanya.

B.  CINTA MENURUT AJARAN AGAMA

Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini.

Cinta Diri

Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecendrungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghidari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya.

Hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.

CINTA KEPADA SESAMA MANUSIA

Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Pun hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang lain, bekerjasama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain.

Al-Qur’an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai sperti cinta mereka pada dir mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri sendiri.

CINTA SEKSUAL

Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Dorongan seksual merupakan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksualah terbentuk keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa saling kenal mengenal. Kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industri menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Yang diserukan islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini, lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu dengan perkawinan.

CINTA KEBAPAKAN

Mengingat bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjaln oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebangaan, dan merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia setelah meninggal dunia.

CINTA KEPADA ALLAH

Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan rida-Nya. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan lainnya. Dalam pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.

CINTA KEPADA RASUL

Cinta kepada rasul,yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesatan manuju cahaya petunjuk.

C. KASIH SAYANG

Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S.Poerwaadarma adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.

Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka didalam berumahtangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.

Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggungjawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, salng pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satunya unsur kasih sayang itu hilang, misalnya unsur tanggungjawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.

Kasih sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang tua. Pada prinsipnya anak trelahir danterbentuk sebagai hasil curahan kasih sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas dari kasih sayang danperhatian orang tua. Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi bila hal itu terjadi secara timbale balik antara orang tua dan anak. Adanya kasih sayng ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya.

Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :

1. Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orangtua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materil dengan sebanyak-banyaknya, dan si anak menerima saya, mengiyakan, tanpa memberikan respon. Hal ini menyebabkan si anak takut, tidak mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.

2. Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.

3. Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
Di sini jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunyanya sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang, masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.

4. Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.

D.  KEMESRAAN

Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan pada dasarnya merupakan kasih sayang yang mendalam. Filusuf Rusia, Salovjef dalam bukunya makna kasih mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar ke luar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain”.
Kemampuan mencinta member nilai hidup kita, dan menjadi ukuran terpenting dalam menentukan apakah kita maju atau tidak dalam evolusi kita. Bila seseorang mengobral cinta, maka orang cinta yang berlanjut menimbulkan pengertian mesra atau kemesraan. Kemesraan adalah perwujudan dari cinta. Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia. Dengan kemesraan orang dapat menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan dan bakatnya. Kemesraan cinta tidak saja terpatri dalam lubuk hati masing-masing tetapi juga memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan balaian-belaian mesra jari jemari mereka yang bergetar.

E. PEMUJAAN

Pemujaan adalah salah satu manisfestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya.
Tuhan adalah pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja-Nya. Kalau manusia cinta kepada Tuhan, karena Tuhan sungguh maha pengasih lagi maha penyayang. Kecintaan manusia itu dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan atau solat.

F.  BELAS KASIHAN

Ada tiga macam cinta, yaitu cinta manusia kepada Tuhan, cinta kepada ibu bapak (orang tua) dan saudara, dan cinta antara pria dan wanita. Disamping itu masih ada cinta lagi yaitu cinta terhadap sesama. Disini menggunakan istilah belas kasihan, karena cinta disini bukan karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaannya. Jadi kata kasihan atau rahmah berarti bersimpati kepada nasib atau keadaan yang diderita orang lain. Kalau Rahman ada unsur pemberi.

Perbuatan atau sifat menaruh belas kasihan adalah orang yang berahlak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelas kasihan. Cinta adalah rasa persatuan tanpa syarat. Itu berarti dalam rasa belas kasihan tidak terkandung unsursss pamrih. Belas kasihan yang kita tumpahkan benar-benar keluar dari lubuk hari yang ikhlas.

.. : Cara-cara menumpahkan belas kasihan :..

Yang perlu kita kasihani antara lain :

Yatim piatu, orang-orang jompo yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang benar-benar tidak mampu bekerja, orang sakit di rumah sakit, orang cacat, masyarakat kita yang hidup menderita dan sebagainya. Orang-orang umumnya menderita lahir dan batin dan umumnya sedikit tangan yang menaruh belas kasihan. Berbagai macam cara orang memberikan belas kasihan bergantung kepada situasi dan kondisi.


G.  CINTA KASIH EROTIS

Cinta kasih erotis kerap kali dicampur baurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa jatuh cinta, yaitu keruntuhan tiba-tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat diantara dua orang yang asing satu sama lain. Pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara saja. Bilamana orang asing tadi telah menjadi seseorang yang diketahui secara intim, tak ada lagi rintangan yang harus diatasi, tidak ada lagi kemesraan tiba-tiba yang harus diperjuangkan. Pribadi yang dicintai telah dipahami orang seperti dirinya sendiri. Atau barangkali harus dikatakan ‘kurang’ dipahami seperti dirinya sendiri. Apabila terdapat perasaan yang mendalam terhadap pribadi yang lain apabila orang dapat mengalami ketakterhitungan pribadinya sendiri, maka pribadi lain tidak pernah akan begitu biasa baginya, dan keajaiban mengatasi rintangan-rintangan dapat terjadi berulang-ulang tiap hari. Untuk mereka intimitas atau kemesraan itu terutama diperoleh dengan cara hubungan seksual, karena mereka mengalami keterpisahan orang lain terutama keterpisahan fisik, maka dengan mengadakan penyatuan fisik, orang telah mengatasi keterpisahan tersebut.

Dalam cinta erotis terdapat ekslisivitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta kasih keibuan. Kerap kali ekslusivitas dalam cinta kasih erotis disalah tafsirkan dan diartikan sebagai suatu ikatan hak milik. Cinta kasih erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian, yaitu bahwa seseorang sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya, dan menerima pribadi orang lain. Mencintai dan mengasihi seseorang bukan hanya merupakan perasaan yang kuat. Melainkan merupakan suatu putusan, suatu penilaian, suatu perjanjian.

Apabila cinta kasih hanya merupakan perasaan saja, tidak ada dasarnya untuk saling berjanji akan mencintai dan mengasihi untuk selama-lamanya. Perasaan itu dapat timbul dan tenggelam pula.



et cetera